Jumat, April 18, 2008

Menembus Stockholm Berbekal Ketulusan

GATRA 22 / XIV 16 Apr 2008

Perempuan Asia pertama di posisi manajemen kantor pusat Ericsson, Swedia. Ketulusan, kreativitas, dan semangat memberikan yang terbaik menjadi kunci sukses karier Dewi Widiyanti.

Hanya sepekan. Sesingkat itulah waktu yang dimiliki Dewi Widiyanti untuk berkemas pindah dari Jakarta ke Stockholm, Swedia. Di ibu kota salah satu negara Skandinavia itu, akhir pekan ini, Dewi harus menetap selama tiga tahun. Selain repot memilah dan mengirim barang, ia pun sibuk mencari penyewa apartemennya di kawasan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Lima tahun belakangan ini, Dewi tinggal di apartemen seluas 100 meter persegi itu. Memang banyak penawaran yang masuk berkat iklan yang disebarkan melalui e-mail dan Facebook. ''Tapi belum ketemu yang cocok,'' kata Dewi, yang ingin apartemen kesayangannya itu dihuni orang dia kenal.

Di sela urusan berkemas, pehobi fotografi ini juga menjalani tugas sebagai Vice President Communications Business Unit Multimedia Ericsson Global, yang diemban awal Maret lalu. Jabatan gres itu mengharuskan anak kelima dari enam bersaudara ini pindah ke Stockholm, kantor pusat Ericsson.

Berkat kemajuan teknologi, Dewi bisa memantau kerja sembilan anak buahnya dari Stockholm, yang berjarak 10.500 kilometer dari Jakarta. ''Beberapa hari lalu, saya mengadakan conference call selama enam jam. Mereka sedang ada workshop, dan saya harus melakukan presentasi,'' tutur Dewi.

Ia bersyukur tak menghadapi masalah selama sebulan memimpin tim kerja yang anggotanya dari berbagai bangsa. Fakta bahwa Dewi adalah satu-satunya perempuan Indonesia, bahkan Asia, yang pertama berada di jajaran manajemen Ericsson pusat tak menjadi kendala. ''Alhamdulillah, mereka tak melihat kulitku, bahasa, ataupun gender,'' kata perempuan Jawa yang numpang lahir di Bandung, 35 tahun silam, ini.

Sebulan terakhir ini menjadi masa transisi Dewi. Dua pekan pertama bulan Maret ia habiskan di Stockholm. Setelah diperkenalkan pada anggota tim komunikasi dan seluruh unit bisnis multimedia, ia melakukan berbagai rapat. Karena belum resmi pindah, Dewi mendapat waktu dua pekan untuk kembali ke Tanah Air, menuntaskan perkerjaan yang tersisa.

Perbedaan kultur yang dihadapi Dewi pada saat ini memang lebih besar dibandingkan dengan selama berkarier di Ericsson Indonesia. Jumlah karyawan Ericsson di Indonesia hanya ratusan orang dan hampir semuanya orang lokal. Sedangkan karyawan Ericsson di kantor pusat mencapai 6.000 orang. Total karyawan Ericsson di 140 negara ada 74.000 orang.

Tantangan lain muncul dari besarnya tanggung jawab. Kini Dewi mengepalai tim komunikasi unit bisnis terbaru perusahaan telekomunikasi berusia 132 tahun itu. Unit bisnis multimedia ini yang terbentuk pada awal tahun lalu. Unit ini melengkapi dua unit bisnis lain yang jauh lebih tua: jaringan dan layanan global. Tiga unit bisnis itu menjadi pilar utama Ericsson untuk mempertahankan posisinya sebagai raja penyedia jaringan telekomunikasi dunia.

CEO Ericsson Carl-Henric Svanberg mengungkapkan, pasar multimedia yang memadukan TV, musik, gaming, video, dan radio lewat jaringan telepon tetap maupun seluler terus mekar. Nilai bisnisnya bakal melesat dari 20 milyar euro pada 2005 menjadi 100 milyar euro tahun 2011. Karena itulah, Ericsson perlu membentuk unit bisnis tersendiri yang khusus menangani multimedia. Unit ini mengurusi beragam hal, mulai manajemen konten dan aplikasi, keahlian teknis, hingga membina hubungan kuat dengan penyedia konten (content provider --CP) dan operator.

Sebagai VP komunikasi di unit bisnis strategis, tugas Dewi tergolong berat. Ia harus mengoordinasikan dan memantau perkembangan multimedia di setiap negara. Kecepatan mengambil keputusan juga menjadi keharusan. Pun masih harus menjalin komunikasi dengan CP, operator, hingga media massa. ''Saya yakin bisa menjalaninya, karena saya punya tim kerja profesional,'' tutur Dewi.

Keyakinannya itu bukan tanpa dasar. Pengalaman berkarier selama sembilan tahun di perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia sejak 101 tahun silam itu adalah modal kuat. Prestasi Dewi, yang memulai langkah di Ericsson Indonesia sebagai manajer komunikasi, terus melesat. Malah, kursi direktur bisa didudukinya hanya dalam waktu delapan tahun.

Persona Dewi yang ramah, hangat, supel, tulus, sekaligus cerdas memegang peran penting. Semua karakter itu adalah modal utama bagi seorang praktisi komunikasi dan pemasaran. Bekal ini pula yang membuat Dewi disukai mitra kerjanya. Baik itu rekan sekantornya, mitra dari kalangan operator telepon, pemerintah, hingga para jurnalis.

Pengakuan mereka atas persona Dewi sering disampaikan dalam berbagai acara dan pertemuan. Sebagian lagi tertumpah lewat halaman Friendster dan Facebook Dewi. Mantan penyiar radio KIS FM, Jakarta, ini selalu menyapa mitra kerjanya dengan kehangatan seorang teman. Tak mengherankan, Dewi tergolong populer. Ratusan temannya tersebar tak hanya di Indonesia, melainkan juga di belasan negara lain.

Dewi punya prinsip: tak boleh memandang rendah orang lain, serta bersikap tulus tanpa pamrih ketika berhubungan dengan orang lain. ''Pengalamanku, selama kita bersikap tulus, maka yang mau berbuat jahat pun tak akan tega,'' kata lajang yang punya nama udara Janet Jade itu.

Meski kariernya terus menanjak, Dewi mengaku tak pernah menetapkan target mencapai posisi tertentu dalam berkarier. Juga tak pernah bernegosiasi soal gaji. Prinsip kerjanya adalah totalitas. Di posisi mana pun, ia akan berusaha menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Malah, kalau bisa, melebihi target yang dicanangkan perusahaan.

''Kalau kita mengerjakan apa yang ada di depan mata, dan menambahkan dengan sebaik-baiknya, maka opportunity itu hadir begitu saja,'' papar perempuan yang mengikuti belasan training kehumasan dan pemasaran di pelbagai negara itu. Resep ini terdengar sederhana, tapi ternyata manjur. Peluang selalu datang pada saat Dewi berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.

Yang paling gres, peluang mendapat promosi ke kantor pusat muncul setelah Dewi bersama timnya sukses menyelenggarakan acara 100 tahun kehadiran Ericsson di Indonesia, Mei tahun lalu. Ketika itu, Ericsson menggelar pameran dan seminar ''E-Volve to the Next Level''. Acara yang digawangi divisi pemasaran dan komunikasi pimpinan Dewi itu bertujuan menumbuhkan industri konten dan multimedia dalam negeri. Juga berupaya menjembatani bisnis 16 perusahaan penyedia konten kenamaan di Indonesia dan Swedia.

Acara yang dikemas dengan kreatif itu tak hanya memperkuat citra Ericsson, juga mendukung bisnis Ericsson sebagai penguasa pasar vendor jaringan telekomunikasi di Indonesia. Jaringan Ericsson, baik GSM, 3G, maupun CDMA 2000-1X, digunakan oleh hampir semua operator telepon Indonesia, mulai PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), Indosat, XL, Telkomsel, hingga Hutchison.

Selain itu, Dewi bersama seluruh rekan di Ericsson Indonesia berhasil menguatkan posisi perusahaan. Indonesia masuk posisi kedua di Asia Pasifik sebagai negara terbesar penyumbang pendapatan pada Ericsson. Tahun lalu, sumbangan Ericsson Indonesia sekitar US$ 1 milyar atau 3% dari total pendapatan Ericsson sebesar US$ 30 milyar. Dengan prestasi ini, Svanberg pun menyempatkan berkunjung ke Jakarta, November silam.

Semua itu, kata Dewi, adalah prestasi bersama. Namun tak bisa dimungkiri, Dewi punya andil besar. Faktanya, dia mendapat promosi ke kantor pusat setelah melewati seleksi ketat selama beberapa bulan. ''Tapi jumlah wawancaranya lebih sedikit dibandingkan saat masuk ke Ericsson dulu yang sampai sembilan kali. Itu rekor,'' ujar Dewi sembari terkekeh.

Astari Yanuarti



Pendidikan:
- Sarjana ilmu komunikasi dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta
- Diploma public relations dari London School of Public Relations

Karier:
- 1992-2002, penyiar radio KIS FM
- 1995-1996, marketing executive Indo Multimedia
- 1996-1997, Assistant Public Relations Manager Hotel Hilton Jakarta
- 1997-1999, Public Relations Manager Hotel Hilton Jakarta
- 1999-2001, Communications Manager Ericsson Indonesia
- 2001-2003, Senior Communications Manager Ericsson Indonesia
- 2003-2005, General Manager Communications Department Ericsson Indonesia
- 2005-2006, Vice President Communications Divisions Ericsson Indonesia
- 2006-2008, Vice President Marketing & Communications Divisions Ericsson Indonesia
- 2007-2008, Director Ericsson Indonesia
- 2008-sekarang, VP Communications Business Unit Multimedia Ericsson Headquarter, Swedia

2 komentar:

  1. Anonim9:25 PM

    Your blog keeps getting better and better! Your older articles are not as good as newer ones you have a lot more creativity and originality now keep it up!

    BalasHapus
  2. wah ada kakakku di gatra :)
    salam kenal
    http://www.yuniardo.com

    BalasHapus