Senin, Agustus 11, 2008

Rekor Laba Juragan Minyak

GATRA NO 39 / XIV 13 Agu 2008

ExxonMobil mencetak laba bersih US$ 11,68 milyar (Rp 105 trilyun) hanya selama triwulan kedua 2008. Keuntungan terbesar dalam sejarah Amerika ini terjadi di tengah beban berat masyakarat akibat kenaikan harga minyak. Barack Obama menilai, kini saatnya membuat kebijakan energi baru Amerika.

Kabar mencengangkan bergulir di industri perminyakan Amerika. Raksasa minyak terbesar di negara itu, ExxonMobil, membuat sejarah sebagai perusahaan yang sanggup mengeruk laba bersih paling banyak selama satu triwulan. Dalam laporan ke publik akhir pekan lalu, ExxonMobil mengumumkan mendapat untung bersih US$ 11,68 milyar (Rp 105 trilyun) selama triwulan kedua 2008.

Pada periode yang sama, total pendapatan mereka US$ 138 milyar (Rp 1.242 trilyun). Angka ini naik 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun silam, yang ''hanya'' US$ 98 milyar. Dengan pendapatan sebesar itu, demikian harian Washington Post menulis, ExxonMobil menjadi ''negara'' terkaya ke-18 di dunia.

Keuntungan besar itu diperoleh di tengah penurunan produksi minyak, penurunan margin pengilangan minyak, dan peningkatan biaya operasional. Produksi minyak ExxonMobil menurun 8% dibandingkan dengan kuartal kedua tahun lalu. Produksi minyak dan gas ExxonMobil di seluruh dunia mencapai 2,4 juta barel per hari.

Meski produksi turun, harga minyak yang terus meroket menjadi berkah bagi ExxonMobil. Mereka menjual minyak rata-rata US$ 119 per barel, naik US$ 50 per barel dari tahun lalu.

Berkah minyak juga dirasakan perusahaaan minyak Big Oil (istilah untuk menyebut lima perusahaan minyak terbesar, yaitu ExxonMobil, BP, Royal Dutch Shell, Chevron and ConocoPhilips). Selama triwulan kedua, Shell mencatat keuntungan US$ 11,6 milyar dan ConocoPhilips mencetak keuntungan bersih US$ 4,5 milyar.

Keuntungan besar Big Oil itu tak hanya membetot perhatian kalangan bisnis, melainkan juga ikut memanaskan arena kampanye Presiden Amerika Serikat. Apalagi, sejak awal, Partai Demokrat dan Partai Republik berada pada posisi berlawanan menyangkut kebijakan energi nasional.

Kandidat dari Partai Demokrat Barack Obama menilai, prestasi ExxonMobil itu menyakitkan karena terjadi di atas kesulitan publik Amerika membayar harga bensin yang meroket. ''Lebih menyakitkan lagi fakta bahwa Senator McCain menawarkan mereka tambahan tax break (penundaan pengenaan pajak sementara) US$ 1,2 milyar,'' kata Obama, seperti dikutip The Guardian.

Penawaran itu juga berlaku untuk semua pemain di industri minyak dan gas di Amerika. Dengan fasilitas tax break, Amerika akan kehilangan potensi pendapatan hingga US$ 33 milyar selama lima tahun mendatang. Pemberian fasilitas ini makin menjadikan Amerika negara yang paling sedikit membebankan pajak pada perusahaan minyak.

Negara-negara pengekspor minyak lainnya menerapkan pajak yang makin tinggi seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Contohnya Rusia yang memungut pajak US$ 28 dari tiap barel minyak mentah yang diproduksi.

Berkat keringanan pajak itu, Exxon bisa mendulang untung lebih besar, yaitu US$ 38,5 per barel minyak yang diproduksi di Amerika. Bandingkan dengan keuntungan yang mereka dapat untuk produksi minyak mentah di luar Amerika sebesar US$ 27,2 per barel.

Keuntungan kian besar karena ExxonMobil dan Big Oil menetapkan harga minyak domestik sama dengan harga minyak dunia. Meski, jelas-jelas biaya produksi dan biaya pajak minyak domestik lebih rendah dibandingkan dengan produksi minyak Big Oil di luar Amerika. Mereka memilih mengantongi sendiri selisih harga ini daripada membagikannya ke konsumen.

Tak mengherankan jika Obama menilai tawaran tax break dari John McCain makin mengukuhkan bukti kuatnya proteksi Partai Republik pada Big Oil di tengah kenaikan harga minyak dunia. Maklum, Partai Republik yang dipenuhi pengusaha minyak selalu berkeras bahwa minyak bumi adalah sumber energi utama bagi Amerika. Alhasil, kebijakan energi Amerika selama ini hanya menjadi daftar keinginan (wish list) Big Oil.

Menurut Obama, kini saat yang tepat untuk membuat kebijakan energi baru. "Demi kebaikan bersama, sudah saatnya mengakhiri tirani minyak dengan berinvestasi di energi alternatif, menciptakan jutaan lapangan kerja baru, dan menghemat bahan bakar,'' ujar Obama.

Partai Demokrat memang dikenal sebagai pendukung utama pembangunan sumber energi alternatif, seperti tenaga matahari dan tenaga angin. Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat pun mendesak agar laba bersih Exxon dan anggota Big Oil lainnya digunakan untuk meningkatkan produksi minyak Amerika serta membangun sumber energi terbarukan.

Bukan dipakai untuk memperkaya para pemegang saham dengan aksi membeli kembali saham, seperti dilakukan ExxonMobil selama triwulan kedua ini. Perusahaan yang bermarkas di Texas itu mengeluarkan US$ 8,8 milyar untuk membeli kembali saham mereka dan hanya menyediakan US$ 7 milyar untuk biaya eksplorasi dan produksi migas.

Anggota Big Oil lainnya melakukan hal serupa. Sesuai dengan catatan anggota Kongres dari Partai Demokrat, Big Oil menggelontorkan dana hingga US$ 194 milyar untuk pembelian saham sejak tahun 2004 hingga kuartal pertama 2008.

Sementara itu, untuk eksplorasi dan produksi, para raksasa minyak itu hanya mengeluarkan 30% dari dana buy-back saham. Lebih miris lagi, anggaran riset dan pengembangan energi hanya 5% dari jumlah uang yang dipakai untuk membeli saham.

Pembelian kembali saham memang praktek umum di kalangan industri Amerika. Tujuannya, mengerek harga saham perusahaan dan membesarkan keuntungan per lembar saham. Bagi Exxon, cara ini menjadi solusi untuk menjaga agar harga saham mereka tak terus turun. Selama semester pertama ini, harga saham mereka turun 14%.

Selain itu, Exxon juga menolak anggapan bahwa mereka tak serius meningkatkan produksi minyak. ''Kami terus menambah investasi untuk meningkatkan suplai ke pasar,'' kata Henry Hubble, Vice President Investor Relations Exxon, dalam konferensi pers. Sebaliknya, Exxon meminta Kongres membuka lebih banyak lapangan minyak offshore (lepas pantai). Sebab lapangan-lapangan ini punya cadangan minyak besar, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik Amerika.

Astari Yanuarti

Mengukur Keuntungan ExxonMobil

Tanggukan laba ExxonMobil sebesar US$ 11,68 milyar selama tiga bulan kedua tahun ini membelalakkan mata banyak orang. Apalagi jika Anda membaca data berikut yang menyetarakan laba ratusan trilyun rupiah itu dalam beragam ukuran lain.

* Laba bersih Exxon itu setara dengan perolehan laba US$ 128 juta (Rp 1,15 trilyun) per hari atau hampir US$ 1,5 (Rp 13.500) per detik selama kuartal kedua 2008.

* Laba tiga bulan Exxon bahkan lebih besar dari pendapatan domestik bruto tahunan Afghanistan yang US$ 11,63 milyar (sesuai dengan data Bank Dunia tahun 2007).

* Hanya dengan laba triwulanan itu, Exxon bisa membeli banyak perusahaan besar lain di Amerika, seperti Gap Inc, Ford, bahkan Starbucks, yang masing-masing punya kapitalisasi pasar US$ 11,67 milyar, US$ 10,76 milyar, dan US$ 10,69 milyar.

* Bila laba Exxon itu dibagi rata ke setiap penduduk Amerika, masing-masing akan mendapat US$ 38,33 (Rp 345.000).

* Laba Exxon itu juga bisa dipakai untuk membeli 2,95 milyar galon bensin di Amerika atau 179.692 mobil Cadillac Escalades atau 15,57 milyar permen cokelat Snickers.

Astari Yanuarti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar